PG Dikdas, Jakarta - Literasi budaya menjadi perhatian khusus untuk dibekali kepada para peserta CLC Tahap 10 pada kegiatan Bimbingan Teknis Guru CLC Sabah-Serawak Tahap 10 Malaysia ini.
Bertempat di Ballroom Dirgantara Hotel Ambhara Jakarta, Jumat (18/10/2019), Anas M. Adam selaku narasumber sesi Literasi Budaya mengingatkan kepada para peserta untuk dapat menyesuaikan diri di Malaysia karena akan terjadi perbedaan budaya yang signifikan ke depannya.
“Perbedaan budaya yang terjadi tentu perlu penyesuaian dari diri guru-guru ini. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat, menjunjung budaya setempat. Dimana bumi dipijak di sana langit dijunjung. Karena bagaimanapun kesuksesan mereka mengajar nantinya tidak terlepas dari dukungan dari masyarakat, anak-anak, serta semua unsur yang ada dalam perusahaan tempat Tenaga Kerja Indonesia bekerja. Maka dari itu, jangan sampai terjadi miskomunikasi. Bagaimanapun kegiatan belajar mengajar mereka akan lebih mudah dan berhasil jika ada dukungan dari semua unsur,” ucap Anas M. Adam yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar ini.
Tidak hanya terkait perbedaan budaya yang terjadi, Anas juga menceritakan bagaimana budaya anak-anak Indonesia di sana yang selama ini bermasalah dengan pendidikan yang akhirnya menciptakan kondisi nyaman akan kebermasalahan mereka sendiri.
“Kita ketahui bahwa anak-anak ini adalah anak-anak yang selama ini bermasalah dengan pendidikan. Dan akibatnya mereka akhirnya nyaman dengan kebermasalahannya itu. Mereka seperti nyaman bahwa tidak sekolah itu tidak apa-apa,” ujar Anas.
“Untuk itu kita tentunya sangat berharap kepada guru-gur ini akan memotivasi anak-anak supaya mereka belajar dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang didapat juga harus diberi arahan, bahwa pengetahuan itu akan meningkatkan taraf hidup mereka di masa yang akan datang. Bukan sekedar mereka mendapatkan ijazah, tapi lebih penting daripada itu bagaimana mereka harus hidup layak dan berpengetahuan di dunia yang penuh tantangan yang cepat berkembang ini,” tambahnya.
Program CLC ini menjadi perhatian Anas M. Adam, ia mengungkapkan bahwa program ini bertujuan menjawab serta memberikan kesempatan mendidik anak-anak Indonesia yang ada di berbagai pelosok negeri maupun luar negeri.
“Pengiriman guru ke Sabah dan Serawak ini dalam rangka menjawab serta memberikan kesempatan mendidik anak-anak yang ada di berbagai pelosok termasuk yang di luar negeri. Semua anak-anak harus dicerdaskan. Makanya guru-guru ini dikirim, yang diharapkan adalah pengabdian yang besar untuk mencerdaskan anak. Bagaimanapun rasa pengabdian yang tinggi itu lebih penting daripada sekedar bertugas di sana,” tutupnya.