PG Dikdas, Surabaya - Setiap proses pembelajaran pasti membutuhkan sebuah metode. Dan setiap metode, sejatinya haruslah mampu membuat proses belajar itu menjadi mudah.
Kegiatan Penguatan Kompetensi Guru Daerah Khusus, Kamis (29/8/2019), menghadirkan sosok Joko ‘Angklung’ sebagai motivator. Joko ‘Angklung’ Nugroho adalah seorang motivator yang menggunakan alat musik angklung sebagai media pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.
Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Menurut Joko, perubahan itu adalah sesuatu yang harus dilakukan. Tetapi untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik, butuh keyakinan dari para peserta bimbingan teknis ini.
Selain perubahan yang menjadi bagian dalam motivasinya, Joko juga menekankan pada nilai kerja sama dan kepemimpinan. Dimana ketiga nilai itu sangat berguna bagi para peserta ketika kembali ke daerah asalnya masing-masing.
Dari sesi motivasi yang ia berikan, Joko sering sekali menyebutkan bermain, tidak main-main, hasilnya bukan main.
“Ya, mengajak bermain, tetapi tidak main-main. Saya mencoba untuk mengajak para guru ini untuk lebih bisa berpikiran terbuka, membuka wawasan mereka. Tentang bagaimana sebuah peluang dan kreativitas itu bisa muncul secara spontan ketika bekerja dengan hati,” ucapnya.
Dalam konsep pelatihan inspiratif ini, aktivitas bermain musik sekali lagi ditekankan bukan pada keterampilan musikal namun pada proses musikalnya. Musik dipandang sebagai alat bukan tujuan. Dengan proses musikal, peserta mendapatkan insight (penggambaran kesadaran yang muncul dari diri sendiri) dengan penekanan terhadap proyeksi perasaan melalui pengalaman musik.
“Lalu kenapa angklung? Supaya tidak terlampau serius, sebagian sebagai entertain, menghibur. Bukan sekedar serius dengan flip chart dan berbagai macam teori. Itu juga termasuk hal penting, tetapi rasanya di sela-sela hal tersebut kita perlu sesuatu yang lebih penting,” tambahnya.
Dengan aktivitas sederhana, respons afeksi terhadap musik menjadi sumber usaha untuk membangkitkan, mengekspresikan, dan memahami perasaan dirinya. Menimbulkan emosi melalui musik berarti mengarah pada kesadaran diri secara penuh yang pada gilirannya akan memacu persepsi puncak seseorang.
Proses ini diharapkan berlangsung tidak hanya pada saat pelatihan namun juga terus bertumbuh seiring pengalaman yang dirasakan peserta di tempat dan waktu selanjutnya.
Aktivitas yang cenderung ‘bermain’ meniadakan kesan menceramahi apalagi menggurui. Pelatihan ini menjadi terasa sebuah hiburan atau malah dianggap pertunjukan. Kesan ini tidak mengurangi bobot pelatihan, tetapi nilai lebih karena peserta nyaman sementara pesan-pesan dan muatan materi tetap tersampaikan dengan efektif.
Angklung Motivatisi ini sudah menunjukkan, bahwa harmoni kerja bisa tercipta jika semua peserta mengetahui apa peranannya, bekerja di saat yang tepat, dan tahu menempatkan diri. Hal ini ditunjukkan dengan kesepakatan bahwa setelah diberikan angklung masing-masing dengan tulisan berbeda, diantaranya syukur, yakin, disiplin, integritas, komitmen dan tanggung jawab. Para peserta diminta olehnya untuk membunyikan angklung ketika ada aba-aba darinya. Setelahnya, tidak membunyikan angklung apabila tulisan lain yang diminta olehnya dibunyikan.
Yang tak kalah penting, pemimpin perubahan harus tahu untuk mengarahkan semua orang agar harmoni tersebut bisa tercipta.
Di sesi terakhir pemberian motivasi, Joko mengajak para guru untuk melantunkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Hymne Guru, Kasih Ibu dan ditutup dengan lagu Kemesraan. Dan semua angklung yang dipegang oleh peserta dibagikan secara cuma-cuma sebagai cendera mata.