PG Dikdas, Surabaya - Pendidikan yang baik dan berkualitas merupakan suatu harapan dan kebutuhan yang didambakan oleh setiap masyarakat Indonesia. Upaya mencapai keberhasilan peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai salah satu unsur penting dalam suatu lembaga pendidikan. Secara profesional, guru dituntut mampu mendukung lembaganya melalui pengembangan suasana sekolah yang nyaman, menyenangkan, dan kondusif.
Salah satu upaya untuk mengatasi itu adalah dilakukannya kegiatan Penguatan Kompetensi Guru Daerah Khusus. Hal ini menjadi perhatian Woro Sri Hastuti narasumber materi Kompetensi Pembelajaran.
Ia menegaskan bahwa kegiatan bimbingan teknis ini sangat berarti bagi para guru daerah khusus. Materi yang diberikan pun mengarahkan para peserta tentang bagaimana bisa menjadi guru profesional.
“Bimbingan teknis Penguatan Kompetensi Guru Daerah Khusus ini sangat bagus dan tentunya mempunyai arti penting bagi para peserta yang merupakan guru daerah khusus. Beberapa materi yang disampaikan pun menjadi penunjang mereka untuk bagaimana mereka bisa menjadi guru profesional,” ucap dosen Universitas Negeri Yogyakarta ini, Kamis (29/8/2019) di sela-sela pembekalan materi yang ia dan tim berikan.
Pembekalan materi yang ia dan timnya lakukan adalah bagaimana menyajikan model pembelajaran secara aktif dengan tujuan mencapai pembelajaran yang berkualitas.
“Materi-materi yang kami sampaikan itu tentang model pembelajaran yang kita sajikan secara aktif, bukan dengan cara ceramah. Sehingga dengan model tersebut, harapannya para peserta ini tahu bagaimana pembelajaran yang berkualitas. Lalu pemahaman mereka tentang pembelajaran aktif seperti apa, karena di sini mereka juga kita wajibkan menjadi peserta yang aktif,” ucapnya.
Tidak hanya itu saja, pembekalan materi ini pun mengarahkan para peserta bagaimana para guru ini mampu menerapkan pembelajaran, perencanaan, dan penilaian yang berkualitas dengan sarana dan prasarana yang minimalis.
“Dengan apa yang kita bekali kepada mereka, harapannya, setelah mereka kembali ke sekolah masing-masing, mereka bisa menerapkan pembelajaran yang aktif tadi, sehingga pembelajaran, perencanaan, dan penilaian yang para guru lakukan menjadi berkualitas dengan sarana dan prasarana yang minimalis. Karena seperti yang kita ketahui, banyak dari mereka ini bercerita bahwa memang sarana dan prasarana di sana tidak selengkap di kota-kota besar,” imbuhnya.
“Di sini mereka pun kita latih bagaimana mengembangkan potensi siswa semaksimal mungkin dengan alat dan prasarana yang sederhana tetapi kualitas pembelajaran menjadi maksimal. Sehingga tidak lagi, RPP menjadi administrasi tetapi benar-benar mereka lakukan dengan baik,” tambahnya.
Bahan materi yang digunakan pun bahan-bahan yang berdasar pada kerjasama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sehingga memang benar-benar baik dan mampu memberikan pemahaman yang baik akan kurikulum 2013.
“Pembelajaran ini memakai K13 dengan pendekatan saintifik 5M yaitu Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan, namun kenyataannya para guru ini kesulitan untuk menterjemahkannya ke dalam RPP. Di sini kita memberikan bahan yang ada atas kerja sama Kemdikbud dan Kemenristekdikti mengembangkan bagaimana pendekatan saintifik bisa tersajikan dan dipahami dengan baik oleh para peserta. Dan pendekatan MIKiR menjadi salah satu solusi. MIKiR adalah akronim Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi,” ucapnya.
“Dengan MIKiR ini ternyata para guru dapat memahaminya dengan mudah dan baik, dan menterjemahkan dengan skenario pembelajaran sesuai K13 dengan baik,” tutupnya.