Direktorat Guru Pendidikan Dasar (Dit. Guru Dikdas), Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) kembali menyelenggarakan webinar literasi dan webinar numerasi pada 1 dan 2 Juli 2024 dengan tema Sosialisasi Panduan Implementasi Kompetensi Literasi dan Numerasi bagi Guru Pendidikan Dasar.
Webinar ini bertujuan untuk menyosialisasikan dan memberikan pemahaman mengenai pentingnya pemanfaatan Panduan Implementasi Kompetensi Literasi dan Numerasi bagi Guru Pendidikan Dasar kepada publik, khususnya Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Selain itu, pada webinar ini juga membuka ruang bagi pengalaman dan praktik baik oleh Guru dalam pelaksanaan pembelajaran literasi dan numerasi di satuan pendidikan masing-masing.
Sosialisasi Panduan Implementasi Kompetensi Literasi bagi Guru Pendidikan Dasar
Pada webinar literasi, acara dipandu oleh Jumriah M.Pd. (SD Negeri Unggulan Mongisidi 1 Makassar, Sulawesi Selatan), dan menghadirkan narasumber Dr. Rachmadi Widdiharto M.A. (Direktur Guru Pendidikan Dasar), Dr. Meliyanti (koordinator literasi dan numerasi Direktorat Guru Dikdas), Sofie Dewayani, Ph.D. (Tim Program Literasi Direktorat Guru Pendidikan Dasar), dan Hasto Budi Santoso, M.Pd. (Guru SMP Negeri 4 Tarakan, Kalimantan Utara).
Dalam sambutannya, Rachmadi menyampaikan bahwa Panduan Implementasi Kompetensi Literasi dan Numerasi bagi Guru Pendidikan Dasar ini merupakan upaya untuk membantu Guru untuk memaknai kompetensi literasi dan bagaimana menerapkannya di kelas, “Bapak Ibu perlu memahami dimana kekurangan kompetensi literasi muridnya, maka dari itu perlu diidentifikasi aspek mana yang perlu mendapatkan perhatian. Melalui panduan implementasi yang telah kami sediakan ini, kami mengharapkan agar guru dapat meningkat kompetensi literasinya. Dengan demikian, kecakapan literasi peserta didik dapat meningkat pula," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Meliyanti menjelaskan mengenai kondisi saat ini berdasarkan riset, sekolah telah melaksanakan banyak program literasi, namun masih perlu ditingkatkan agar dapat menunjukan dampaknya terhadap capaian kecakapan literasi murid. “Ini merupakan PR besar dan tugas kita bersama dalam meningkatkan kompetensi literasi Guru agar mampu mengelola lingkungan belajar serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan asesmen,” terangnya
Narasumber berikutnya, Sofie Dewayani, menjelaskan bahwa di negara yang literasinya lebih maju, telah lazim dikenal istilah dan profesi guru pendamping literasi. Guru pendamping literasi adalah pemimpin pembelajaran dengan pengetahuan yang mumpuni dalam ilmu membaca. Selain itu, guru pendamping literasi diharapkan mampu berkolaborasi dengan pendidik. "Guru pendamping atau guru literasi dikenal dengan istilah literacy coaches. Seorang pendamping literasi meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan di universitas. Pendamping literasi ini setara dengan guru ahli atau mahir dalam Panduan Implementasi Kompetensi Literasi dan Numerasi Guru Pendidikan Dasar yang baru dikembangkan oleh Direktorat Guru Dikdas,” jelas Sofie
Praktik Baik Implementasi Kompetensi Literasi dan Numerasi bagi Guru Pendidikan Dasar
Hasto Budi Santoso. Guru SMP Negeri 4 Tarakan, Kalimantan Utara, membagikan pengalamannya dalam praktik meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi. Ia menjelaskan bahwa dalam memanfaatkan panduan implementasi, langkah yang harus dilakukan adalah mengunduh, mencetak, membaca, membuat ringkasan dari informasi panduan, dan menyebarkan melalui berbagai kanal seperti artikel dan media sosial, “Jika kita hanya mendengarkan saja, maka akan cenderung mudah lupa dan tidak memahami esensi dari panduan tersebut, untuk itu langkah-langkah tadi selalu saya lakukan agar lebih memahami panduan,” ujarnya.
Strategi yang dilakukan dalam meningkatkan literasi baca tulis, lanjut Hasto, mencakup hal-hal sebagai berikut, yakni:
“Sebagai praktik di sekolah, kami secara mandiri menganalisis Lingkungan Sekolah Kaya Teks menggunakan instrumen survei yang telah disediakan Kemendikbudristek untuk mengembangkan program kegiatan, kemudian memanfaatkan AKM kelas di PMM karena sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan literasi, selain itu Bapak Ibu Guru juga bisa menjadi pemateri, menulis di berbagai media, berbagai literatur, aktif dalam komunitas guru untuk berkolaborasi dalam pembelajaran,” pungkasnya.
Sosialisasi Panduan Implementasi Kompetensi Numerasi bagi Guru Pendidikan Dasar
Sementara itu, Pada webinar numerasi yang dilaksanakan satu hari setelah webinar literasi, acara dipandu oleh Christinawati Sutrisno, S.S., S.Pd., Gr., Guru SD Mardi Rahayu 01 Ungaran, Kab. Semarang, Jawa Tengah., dan menghadirkan narasumber Dr. Rachmadi Widdiharto M.A. (Direktur Guru Pendidikan Dasar), Dicky Susanto (Tim Program Numerasi di Direktorat Guru Pendidikan Dasar), Bustang Buhari, Ph.D. (Dosen Universitas Negeri Makassar), Margarett Henni Pratiwi, S.Pd. (SMP Negeri 8 Kandis, Kab. Siak, Riau).
Rachmadi menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek senantiasa berupaya dan berikhtiar untuk terus meningkatkan kompetensi numerasi bagi guru supaya menjadi lebih baik, hal ini dikarenakan bahwa data hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 dari 3 murid di Indonesia belum memiliki kompetensi numerasi yang memadai dalam keseharian. “Mindset anak-anak kita harus diarahkan agar tidak takut dalam bidang numerasi, bukan hanya di matematika saja, namun dalam praktik bidang atau mata pelajaran lain. tentunya yang tidak kalah penting adalah bagaimana implementasi dalam meningkatkan kompetensi numerasi ini di dalam pembelajaran di kelas,” ujar Rachmadi
Setelah itu, Dicky Susanto memaparkan tujuan, cakupan, dan upaya dalam meningkatkan kompetensi numerasi guru. Ia mengingatkan bahwa numerasi bukan hanya sekedar berhubungan dengan angka dan bilangan, tetapi dalam perkembangan definisinya mencakup konsep matematika yang lebih luas (bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, serta analisis data dan peluang), dan menekankan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, terutama untuk pengambilan keputusan. “Cakupan kompetensi numerasi guru terdiri dari tiga hal, yakni pertama lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran numerasi, kedua pembelajaran dan asesmen dalam konteks memberikan ruang numerasi lintas mata pelajaran dilengkapi dengan asesmen yang memberikan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan numerasi dengan berbagai cara, dan ketiga budaya numerasi guru dalam mengembangkan pola pikir dan budaya orientasi kritis dalam numerasi, baik bagi pendidik maupun peserta didik,” tambah Dicky.
Praktik Implementasi Kompetensi Numerasi bagi Guru Pendidikan Dasar
Selanjutnya, Bustang Buhari memberikan contoh dalam cakupan kompetensi numerasi guru, pada aspek lingkungan belajar, langkah awal yang dapat dilakukan adalah pembenahan. Dimulai dari benahi lingkungan fisik, lingkungan emosional, lingkungan sosial dan lingkungan intelektual. “Pembenahan lingkungan fisik bisa dilakukan dengan guru menempelkan pesan positif untuk memotivasi murid, mengganti ucapan pola pikir kaku menjadi ucapan pola pikir berkembang, memperkenalkan tokoh-tokoh yang berhasil mengatasi kesulitan dengan pola pikir berkembang sebagai inspirasi, dan menciptakan lingkungan fisik yang memberikan murid banyak kesempatan menerapkan numerasi,” Jelas Bustang.
Pada aspek pembenahan lingkungan emosional, lanjut Bustang, guru dapat memperlakukan kesalahan sebagai sesuatu yang wajar/lumrah, bahkan memanfaatkan dan mendorong murid untuk membagikan kesalahan yang sering dilakukan dalam pembelajaran. “Guru bisa menciptakan lingkungan nyaman bagi murid untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru tanpa takut dikritik. Guru juga dapat menekankan bahwa murid boleh mengkritik ide murid lain dan bukan pribadi. Hal ini bisa ditulis dalam kesepakatan kelas.”
Sedangkan pada aspek pembenahan lingkungan sosial, guru dapat meningkatkan interaksi bersama murid dengan memberikan banyak kesempatan bagi murid menyampaikan pikiran dan pendapatnya. “Guru dapat meningkatkan interaksi antar murid dengan memberikan banyak kesempatan berdiskusi dan saling menanggapi penalaran dan strategi yang digunakan peserta didik lainnya. Kemudian baik guru maupun murid dapat belajar untuk saling memberikan apresiasi terhadap respon atau pandangan murid dalam menyampaikan pendapat.” jelas Bustang.
Margarett Henni Pratiwi, Guru SMP Negeri 8 Kandis, Kab. Siak, Riau, berbagi praktik baik dalam Menerapkan Panduan Implementasi Kompetensi Numerasi untuk Guru Pendidikan Dasar. Awalnya, ia berpikir, untuk apa membaca panduan ini?, Seperti halnya ketika ia akan membeli atau membaca buku, hal pertama yang dicari yaitu bagian rekomendasi. “Setelah membaca rekomendasi, saya mulai berkaca diri, bahwa saya harus membaca panduan ini untuk mengidentifikasi kompetensi numerasi saya saat ini,” ujar Margarett.
Saat saya membaca panduan dan mencoba untuk memahami sendiri, saya masih belum sepenuhnya mengerti. Kemudian, saya mengajak rekan saya untuk bersama-sama membaca dan memahaminya. Ketika kami berdiskusi, di sinilah saya mulai mengerti. “Saya mulai mengidentifikasi kompetensi numerasi yang saya miliki pada setiap aspek lingkungan belajar, lingkungan emosional, dan lingkungan sosial,” jelasnya
Apabila setiap aspek sudah mendukung, ia terus berupaya untuk mengintegrasikan numerasi pada lintas mata pelajaran di sekolah karena murid sudah merasa nyaman dan bahagia untuk belajar. “Dalam setiap proses pembelajaran, kita pasti menemukan permasalahan, namun apabila kita berdiskusi dan berkolaborasi dengan rekan guru serta atasan, maka tak ada masalah yang tak terselesaikan,” tutup Margarett.