Oleh: Syifa Rizkiyani, S.Psi.
Tata Usaha Direktorat Guru Pendidikan Dasar
dalam Lomba Literasi Guru Dikdas
Halo teman-teman pembaca, salam kenal, izinkan saya Syifa yang akan menemani kamu untuk masuk ke dalam dunia pikiranku. Berbicara mengenai Sayembara Literasi yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru Pendidikan Dasar, awalnya saya berpikir keras, saya bisa menulis namun saya ingin menulis apa dan saat itu saya masih mencari benang merah dari apa yang ingin saya tulis dengan sub tema yang akan saya pilih. Setelah mencari dan mencari akhirnya saya bertemu dengan si benang merah tersebut. Sub tema yang saya pilih dan uraikan dalam tulisan saya ini yaitu tentang Kontribusiku dalam membangun lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman. Sebelum memulai, izinkan sedikit saya mendefinisikan apa itu kata sehat, aman, dan nyaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut KBBI kata “sehat” berarti baik dan normal; kata “aman” berarti tenteram; tidak merasa takut atau khawatir; dan arti kata “nyaman” menurut KBBI berarti sedap; sejuk; enak. Bila kita rangkai menjadi satu kalimat yang utuh dapat diartikan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman yaitu lingkungan kerja yang baik dan normal, yang mana kita dapat merasa tentram, tidak merasa takut atau khawatir berada dilingkungan tersebut serta menjadi penyejuk dan enak saat merasa tergabung didalamnya.
Dalam membangun dan mewujudkan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman saya akan melakukan langkah kecil (mungkin saya akan menyebutnya sebagai langkah kecil karena bagi saya kontribusi memiliki arti yang sangat besar sekali dan saya ingin memulainya dari hal-hal terkecil terlebih dahulu) yang akan saya tuangkan melalui poin-poin tulisan dibawah dan merupakan salah satu resolusi, target, atau apapun itu yang bisa saya jadikan pedoman untuk membentuk hidup lebih baik di tahun 2023 dan mungkin akan bisa terinternalisasi sampai tahun-tahun berikutnya untuk saya dan mungkin untuk teman-teman pembaca lainnya. Dan berikut beberapa langkah-langkah kecil saya untuk membangun lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman:
1. Melakukan Senyum, Salam, Sapa
Bagi sebagian orang mungkin ini terkesan mudah, mungkin berpikir apa yang sulit dari senyum, hanya tinggal menarik sudut-sudut dibibir kanan dan kiri jadilah senyuman. Padahal tersenyum tidak semudah itu. Tersenyum itu tentang keikhlasan dan rasa tulus buat lawan bicara (secara umum ya teman-teman). Pernah tidak teman-teman pembaca disini yang bertemu dengan seseorang, mereka tersenyum kepada teman-teman tapi merasa aura positif dari senyuman tersebut tidak sampai ke teman-teman bahkan terkesan seperti dibuat-buat. Padahal tersenyum itu sendiri memiliki banyak sekali manfaat. Dikutip dari laman yankes.kemenkes.go.id, manfaat tersenyum diantaranya: senyum membuat tubuh melepaskan hormon endorfin yang mampu mengurangi dan menyingkirkan hormon stres, kemudian saat anda sedang sedih, dengan tersenyum suasana hati bisa berubah menjadi lebih baik karena dalam tersenyum dapat ‘menipu’ tubuh untuk meningkatkan suasana hati. Tersenyum bisa membuat kita awet muda, karena saat tersenyum ada 17 otot yang bekerja sedangkan saat Anda cemberut, ada 43 otot yang bekerja. Ketika kita sering cemberut, keriput di kening akan muncul lebih awal. Sedangkan, bibir yang sering dimanyunkan karena kesal akan meninggalkan bekas keriput di garis bibir, pipi, dan dagu. Dalam satu artikel yang saya baca di laman betterhelp.com, senyum memiliki tipe-tipe yang berbeda, ada senyum karena takut, senyum karena malu, maupun senyum karena marah. Namun, ada tipe senyum yang paling tulus dan dianggap senyum kebahagian, tipe senyum ini disebut Duchenne Smile. Duchenne Smile atau Senyum Duchenne diambil dari nama seorang ahli anatomi Prancis, Guillaume Duchenne, yang mempelajari banyak ekspresi emosi yang berbeda, berfokus terutama pada senyum yang murni. Senyum Duchenne akan terlihat dari rongga mulut yang terangkat, pipi mengembang dan rongga mata berkerut. Bentuk ini merupakan senyum yang tidak dipaksakan, senyum yang keluar dari diri sendiri yang mendorong seseorang untuk merasa bahagia dan memiliki energi positif serta orang yang menerima senyum tersebut akan merasakan energi positif dari si pemberi senyum dan akan membangkitkan suasana hati.
Selain senyum, salam dan sapa juga menjadi kesatuan. Salam menjadi bentuk menghargai kita terhadap lawan bicara dan sapa menjadi bentuk perhatian kita terhadap lawan bicara, seperti menanyakan kabar atau apapun itu untuk mencairkan suasana yang mungkin kaku seperti: “Pagi Pak/Bu” “Apa kabar Pak/Bu?” “tadi ke kantor macet tidak?” dan kalimat-kalimat lainnya yang mungkin bisa memperindah suasana. Coba bisa kita bayangkan, pagi hari saat baru keluar lift, kita bisa memulai hari dengan mencoba teknik senyum Duchenne ini, memulai memberi salam dan menayakan kabar hari ini atau topik lain yang kita punya dengan lawan bicara yang kita temui. Dengan langkah kecil ini kita bisa memulai membangun situasi positif di awal hari yang nyaman dan membuat lawan bicara pun menjadi memiliki energi positif yang kita berikan sehingga sama-sama menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang jika di awal hari dimulai dengan sesuatu yang positif dan pastinya hal ini juga akan berdampak positif pada kegiatan yang akan dikerjakan seharian dan menambah semangat. Sebagai catatan untuk aku dan teman-teman pembaca, ada baiknya ini dilakukan konsisten secara terus menerus agar energi positif nya tetap ada dan tidak timbul tenggelam dan lawan bicara tidak bingung. Hal ini memang sepele tapi ternyata lumayan sulit untuk tetap bisa konsisten. Sesuatu bisa karena dibiasakan, jadi jika kita terbiasa berbagi senyum, salam, dan sapa dengan konsisten dan tulus, kita akan dapat energi positif, lawan bicara yang menerima pun akan mendapat transfer energi positif. Berbagi energi positif di pagi hari, kenapa tidak?
2. Melakukan Apresiasi dengan Afirmasi
Dalam sebuah artikel berjudul The Power of Healthy Relationship at Work yang saya baca terdapat kutipan “Everyone wants to feel respected and appreciated for their individuality”. Secara umum, manusia memiliki kebutuhan untuk merasa dihargai dan di apresiasi atas segala usaha yang dia lakukan. Namun, ini yang terkadang menjadi sulit, kadang karena pekerjaan kita selalu sama tiap harinya, tiap minggu, tiap bulannya, kita jadi lupa bahwa kita sudah mengkompresi apresiasi kita terhadap diri sendiri dan orang lain. Jangankan untuk mengapresiasi orang lain, mengapresiasi diri sendiri saja kadang tidak bisa kita lakukan karena pekerjaan harian yang kita lakukan. Kita menganggap hal yang kita lakukan sesuatu yang lumrah, kita menganggap yang orang lain kerjakan untuk kita sesuatu yang biasa saja, sehingga akhirnya yang timbul rasa biasa saja dan menganggap semuanya menjadi tidak terlalu berharga. Apresiasi yang ditekankan disini tidak menyangkut apresiasi secara materi namun bentuk apresiai yang timbul dari dalam hati untuk memberikan penghargaan terhadap detail detail kecil dalam diri yang sering kali kita lupakan. Cara sederhana yang bisa saya dan teman-teman pembaca lakukan adalah dengan melakukan bentuk positive affirmation atau afirmasi positif terhadap diri sendiri. Kata affirmation berasal dari Bahasa latin affirmare yang berarti untuk kekuatan dan menjadi stabil. Tujuan dari kalimat affirmasi ini sebagai penegas pada diri sendiri bahwa sesuatu akan baik-baik saja meskipun kita tidak sedang baik-baik saja (goodtherapy.org). Selain itu, kalimat afirmasi juga sebagai bentuk inspirasi, pengingat sederhana untuk diri sendiri. Kalimat afirmasi juga berfungsi untuk memfokuskan tujuan dan perubahan yang positif (psychologytoday.com). Beberapa cara yang bisa saya dan teman-teman pembaca lakukan untuk membentuk kalimat afirmasi positif pada diri sendiri, yaitu: (1) dimulai dengan kata “Saya” (2) dibuat dengan kalimat yang positif (3) menggunakan kata yang mengandung emosi atau perasaan (4) ditulis dalam keadaan saat ini. Berikut beberapa contoh kalimat afirmasi positif yang bisa saya dan teman-teman pembaca terapkan yaitu:
“Saya Layak Untuk Dicintai dan Bahagia”
“Saya memiliki kekuatan untuk membuat hidup yang saya inginkan”
“Saya bangga dan bersyukur atas hidup yang saya miliki”
“Saya mencintai dan menerima diri saya apa adanya”
“Saya membiarkan bagaimana masa lalu, tidak mengkhawatirkan bagaimana masa
depan dan terbuka akan segala pengalaman di masa sekarang”
“Saya akan terus belajar, bertumbuh, dan berkembang setiap harinya”.
“Saya melakukan tindakan baik hari ini”
Coba mungkin teman-teman pembaca bisa menambahkan kalimat lain untuk memberikan bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. Dalam menjalani hidup, kita adalah apa yang kita tulis dan pikirkan, Pikiran dan keyakinan kita membentuk persepsi dan pengalaman kita tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Jika kita merasa akan hidup sehat di tahun ini, badan dan pikiran kita akan melakukan asosiasi dan membantu kita untuk mencapai tujuan tersebut. Sama seperti pada poin pertama, afirmasi positif yang kita mau munculkan bisa digunakan setiap hari dengan konsisten, kita bisa mulai menulisnya melalui kertas kecil, dan memulainya sebagai motivasi di pagi hari atau sebagai apresiasi di malam hari, kemudian kita bisa menempelnya di kaca rias, stir mobil ataupun di laptop yang kita gunakan sehari-hari sebagai penyemangat untuk diri sendiri. Asalkan kuncinya rutin dan konsisten.
3. Mengerti Teknik Coping Stress (mengatasi stres)
Kegiatan mingguan yang datang silih berganti, tuntutan pekerjaan yang harus selesai sesuai target yang ingin dicapai, serta faktor-faktor internal lain di dalam diri yang tiba-tiba muncul terkadang membuat kita menjadi punya beban pikiran yang banyak dan terkadang mengarah kepada stress atau stres. Stres menurut laman medlineplus.org adalah perasaan ketegangan yang muncul secara emosional maupun fisik. Hal tersebut bisa datang dari peristiwa atau pemikiran yang membuat kita merasa frustrasi, marah, atau gugup. Stres juga merupakan reaksi tubuh kita terhadap suatu tantangan atau permintaan dari luar. Stres bisa dilihat menjadi sesuatu yang positif saat membantu kita menjadi alarm tubuh untuk menghindari bahaya atau untuk cara kita untuk berusaha memenuhi target yang ingin dicapai. Akan tetapi, jika terus menerus dibiarkan menumpuk dan berlangsung lama hal ini dapat tiba-tiba memicu emosi yang meledak-ledak dan dapat membahayakan kesehatan kita. Dalam sebuah artikel berjudul coping with stress at work yang saya baca dari laman American Psychological Associaton (apa.org) ada beberapa cara sederhana yang bisa diterapkan oleh kita saat stres tiba-tiba datang menghampiri, yakni (1) tuliskan apa yang membuat kita stres. Tulis dalam catatan apa yang kita rasakan, pikirkan, dan pemicu yang terjadi, tuliskan bagaimana lingkungan dan orang-orang yang terlibat didalamnya dan bagaimana bereaksi terhadap stres tersebut. Uraikan terlebih dahulu apa yang terjadi pada diri sendiri. (2) membangun respon terhadap stres dengan cara yang baik. Saat tiba-tiba stres datang, kita dapat langsung take an action dengan melakukan hal yang kita suka untuk mengurangi ketegangan tersebut seperti olahraga, nonton film, baca buku, menyanyi, bermain permainan di gawai, atau bisa juga tidur dengan kualitas yang cukup. Dalam hal ini, kita harus memastikan yang kita lakukan benar-benar membuat kita nyaman dan menyenangkan serta bisa sedikit terbebas dari stres. (3) jika merasa stres nya tidak berkesudahan, kita dapat mulai embuat batasan yang jelas antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Kita perlu adanya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang kita miliki. Setiap orang mungkin memiliki cara yang berbeda untuk membuat batasan tersebut, mungkin bisa tidak menjawab panggilan saat sedang makan malam, tidak membuka laptop atau pekerjaan jika tidak ada hal penting, atau membuat jam-jam tersendiri untuk diri sendiri agar bisa melakukan sesuatu yang diinginkan diluar jam pekerjaan. (4) punya waktu untuk "recharge". Tidak hanya gawai yang harus di isi ulang daya nya, tapi kita sebagai manusia harus mengisi daya energi yang sudah kita gunakan untuk bekerja. misalnya mengambil waktu cuti dari pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan berhenti sejenak dari aktivitas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan. (5) mengambil waktu beberapa menit dari aktivitas yang sedang dilakukan untuk berhenti dan relaks. Kita dapat mengambil napas "inhale" "exhale" beberapa kali untuk menenangkan pikiran dan perasaan sampai benar-benar tenang serta melakukan kegiatan mindfulness (keadaan saat kita secara aktif mengamati pengalaman dan pikiran dari apa yang kita rasakan saat ini tanpa memberikan penilaian pribadi) agar menghindari stres.
4. Menjadi teman bercerita yang baik
Mungkin kalimat tersebut terdengar mudah diaplikasikan, kita biasa melakukannya sehari-hari dan tidak memerlukan usaha. Tapi sebenernya, menjadi teman bercerita yang baik tidak hanya semudah itu. Sebagai teman bercerita, kita tidak hanya harus menyediakan telinga untuk mendengar, tapi juga harus memiliki waktu yang penuh perhatian. Banyak orang belum berhasil untuk menjadi teman cerita yang baik, mereka hanya menjadi pendengar yang pasif, tidak fokus pada apa yang dikomunikasikan oleh lawan bicara, hanya fokus pada kata, namun tidak pada tanda-tanda verbal lain yang mungkin saja ditampilkan oleh lawan bicara (dikutip dari artikel how to be a better listener according to psychology). Untuk menjadi teman cerita yang baik, ada beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan oleh saya dan teman-teman pembaca lakukan yaitu:
1. memberikan perhatian penuh kepada lawan bicara, tidak ada distraksi dan focus kepada lawan bicara. Beberapa orang kadang gagal untuk memberikan perhatian karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti mendengar sambil bermain gawai, melakukan aktivitas lain sehingga tidak fokus pada lawan bicara, hal ini yang sebisa mungkin harus dikurangi untuk menjadi teman cerita yang baik. 2. diam dan tidak memotong lawan bicara saat berbicara atau saat jeda bicara. sebagai pendengar, kita hanya perlu mendengar, mengangguk, dan mengatakan kata seperti "ya", "terus", sampai pembicara benar-benar telah selesai mengutarakan apa yang ingin disampaikan. 3. berlatih untuk mendengar tanpa menghakimi. menjadi pendengar yang baik adalah menjadi pendengar yang memberikan respon terhadap apa yang dibicarakan oleh lawan bicara. kita sebagai pendengar, harus berusaha untuk tidak langsung menyerang atau memberikan penilaian negatif dari lawan bicara. Menerima emosi lawan bicara dengan tenang, jangan langsung menggiring opini. Sebagai pendengar kita juga bisa mengajukan pertanyaan terbuka untuk lebih memahami serta jika bisa hindari bertanya "kenapa?" "mengapa?" agar tidak menyerang lawan bicara. 4. memahami tanda-tanda nonverbal lainnya seperti tangan yang bergetar, alis mata yang mengangkat, intonasi suara yang berubah, sorot mata yang berbeda, serta tanda fisik lainnya. Dalam berbicara, tubuh kita juga berbicara. Kita sebagai pendengar harus dapat menangkap tanda-tanda tersebut untuk mendapatkan pesan yang disampaikan lawan bicara secara utuh. 5. sebagai pendengar yang baik, kita juga harus memahami batasan diri. Dari awal bercerita, sebagai pendengar, kita bisa menanyakan atau harus tahu "kamu ingin di dengar saja atau aku dapat memberi masukan?". Kemudian kita juga harus tahu, apakah cerita dari lawan bicara sesuai kemampuan kita untuk mendengarnya atau menanganinya. Jika merasa sudah mulai mengganggu kenyamanan kita sebagai teman cerita, kita bisa membatasinya, berbicara secara baik-baik dan mungkin membantu mencari bantuan profesional saat masalah yang dihadapi terasa sulit dan tidak bisa selesai. |
5. Memahami dan mengerti satu sama lain.
Hal yang terakhir yang bisa saya dan teman-teman pembaca lakukan adalah dengan mampu mengerti dan memahami satu sama lain. Mengerti dan memahami bahwa kebutuhan seseorang secara fisik dan psikologis yang melekat pada seseorang mungkin berbeda satu sama lain. Dalam hal ini, kita bisa memberikan batasan, mana ranah pribadi dan mana ranah sosial individu. Kapan harus bersikap professional sebagai rekan kerja, kapan harus bersikap sebagai teman cerita yang baik. Selain itu, tidak berusaha untuk terburu-buru memberi penilaian subjektif baik dan buruk terhadap seseorang sebelum kita memahami diri orang tersebut, karena setiap manusia memiliki nilai diri yang mereka bawa dan terinternalisasi dalam diri setiap individu. Jadi yang bisa kita lakukan adalah menerima dan memahami nilai yang dimiliki individu tersebut dan berusaha berjalan beriringan dalam mencapai tujuan bersama. Sebagai teman yang baik, kita juga harus dapat memberikan waktu untuk bagi lawan bicara untuk sendiri, tidak memaksakan sesuatu kepada mereka dan mendukung secara penuh saat teman kita berada dalam kondisi bahagia atau kondisi tidak baik-baik saja. Jika kita bisa menerima dan mengerti lawan bicara dengan baik, lawan bicara pun akan menerima kita juga dengan baik.
Dan, akhirnya sampailah kita pada kesimpulan, mencari si benang merah yang saya cari di awal tulisan ini, tapi sebelum itu mari kita ulang sedikit beberapa langkah kecil yang akan saya lakukan untuk membuat lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman versi saya yakni (1) Melakukan Senyum, Salam, dan Sapa. (2) Melakukan Apresiasi dengan Afirmasi. (3) Mengerti Teknik Coping Stress. (4) Menjadi Teman Cerita yang Baik, dan (5) Memahami dan Mengerti Satu Sama Lain. Lalu, dimana si benang merahnya? Benang Merah nya yaitu ketika kita dapat nmencintai diri sendiri terlebih dahulu, memperbaiki setiap bagian dari diri sendiri dan memahami setiap kebutuhannya. Ketika kita sudah bisa memenuhi diri kita, kita dapat memberikan rasa sehat, aman dan nyaman untuk lingkungan sekitar kita, terutama lingkungan pekerjaan kita, kita akan menemukan keseimbangan antara diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Secara sederhananya jika kita memiliki cinta yang cukup dengan porsi pas untuk diri kita sendiri, kita bisa mencintai dan membangun lingkungan kerja kita yang sehat, aman, dan nyaman untuk diri sendiri dan orang lain. Jadi, sudah sejauh mana kita mencintai diri?.
Sampai Jumpa Teman-Teman
Daftar Referensi Penulis: American Psychological Association. (2018, Oktober 14). Coping with stress at work. Diambil kembali dari https://www.apa.org/topics/healthy-workplaces/work- %20or%20enjoying%20a%20meal. https://www.betterhelp.com/advice/general/why-psychologists-study-the-duchenne- GoodTherapy. (2015, September 23). How 15 Positive Affirmations Can Change Your Life. Diambil kembali dari https://www.goodtherapy.org/blog/how-15-positive- Harvard Business Review . (2022, Juni 21). Behavioral Science The Power of Healthy Relationships at Work. Diambil kembali dari https://hbr.org/2022/06/the-power-of- Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan . (2022, Juli 22). https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/408/senyummu- ersepsi%20rasa%20sakit%20di%20otak. kembali dari Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/smart- MedlinePlus. (2022, April 30). Stress and your health. Diambil kembali dari kembali dari https://community.thriveglobal.com/how-to-be-a-better-listener- |