Salam semangat untuk semua insan pendidik di seluruh Indonesia.Sungguh menjadi seorang pendidik di era globalisasi dengan pesatnya perkembangan tekhnologi bukanlah sebuah profesi yang mudah. Ini bukanlah hanya tentang perjalanan dalam berbagi ilmu pengetahuan, namun sebuah proses dalam membentuk pribadi manusia yang berkarakter mulia. Maka peran guru, terutama yang mengampu pelajaran pendidikan agama di sekolah menjadi garda depan dalam perjuangan ini. Pendidikan Agama menjadi salah satu pilar pendidikan karakter yang paling utama. Dengan berbekal pendidikan agama peserta didik akan mampu menyikapi keadaan dunia yang penuh dengan perubahan, termasuk kemampuan dalam memanfaatkan tekhnologi dengan bijaksana.
Namun sayangnya, disaat begitu mudahnya akses bagi seseorang untuk menjalin komunikasi di dunia maya atau berinteraksi di media sosial, ternyata memberikan pengaruh cukup besar pada penurunan minat peserta didik untuk belajar agama. Faktanya saat ini peserta didik betah berlama-lama bermain gadget untuk berselancar di dunia maya, tapi banyak dari mereka yang harus dipaksa untuk mempelajari dan mengkaji ajaran dalam kitab sucinya. Dalam agama Islam merupakan sebuah keharusan bagi pemeluknya untuk bisa membaca dan mengkaji isi kandungan dalam Al-Qur’an. Harapannya agar setiap ucapan dan perbuatan seseorang akan selalu didasarkan pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an. Tapi bagaimana seseorang akan mengamalkan isi Al-Qur’an ketika mereka tidak bisa membaca dan tidak mengetahui isi kandungannya? Disinilah seorang guru Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan bisa memberikan pemahaman tentang pentingnya mempelajari Al-Quran sejak dini serta mampu menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sehingga membuat kegiatan belajar membaca Al-Quran menjadi menyenangkan bagi peserta didik.
Dalam upaya menuntaskan buta aksara Al-Qur’an pada peserta didik di sekolah dasar, materi membaca huruf hijaiyah dengan tanda harakat telah dimulai pada fase A. Sering kali ditemui adanya tingkat perbedaan kebutuhan belajar yang cukup jauh antara beberapa kelompok murid di dalam kelas dalam materi membaca huruf hijaiyah. Hal ini disebabkan tidak semua orangtua murid yang memberikan pendidikan formal ataupun non formal kepada anaknya dalam mempelajari aksara Al-Qur’an sejak dini. Selain itu pendidikan formal berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) terkadang masih menggunakan metode yang monoton sehingga membuat murid tidak begitu tertarik untuk mempelajari membaca huruf hijaiyah dengan benar. Karena adanya kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda inilah, maka sangat penting bagi seorang guru untuk melakukan asesmen awal dalam setiap tujuan pembelajaran. Yang kemudian ditindaklanjuti dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan yang menjadikan peserta didik sebagai objek proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad ke-21 ini. Menurut Herwina (2021) Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar setiap individu.
Dari hasil asesmen awal yang telah dilakukan dalam materi membaca huruf hijaiyah pada fase A di kelas 1 sekolah dasar, guru dapat memetakan peserta didik dalam beberapa kategori berdasarkan kebutuhan belajarnya. Contohnya, Kelompok pertama adalah murid dengan kategori “Belum Paham”, artinya murid dalam kategori ini belum mengetahui secara keseluruhan symbol huruf hijaiyah beserta namanya. Kelompok kedua adalah murid dengan kategori “Paham Sebagian”, artinya murid dalam kategori ini sudah mengetahui simbol huruf hijaiyah, namun belum memahami perbedaan nama huruf hijaiyah (tanpa tanda harakat) dengan huruf hijaiyah yang telah berharakat fathah. Dan kelompok ketiga adalah murid dengan kategori “Paham Utuh”, artinya murid dalam kategori ini sudah mampu mengetahui semua simbol dan nama huruf hijaiyah serta mampu membaca huruf hijaiyah dengan lebih dari 3 harakat. Dengan perbedaan kebutuhan belajar ini maka pembelajaram berdiferensiasi perlu dilakukan agar setiap murid didalam kelas berada dalam rasa kebermampuannya masing-masing. Pengenalan kebutuhan belajar ini juga akan membuat proses perbaikan lebih spesifik dan terarah.
Proses kegiatan belajar dimulai dengan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran atau maksud dari kegiatan belajar mengajar kepada peserta didik. Melalui beberapa pertanyaan pemantik dan video pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan aktivitas kelompok atau berpasangan di masing-masing kategori sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Kelompok pertama, mendapatkan misi berupa mencari simbol huruf hijaiyah dalam lembar yang berisi gambar yang menyimpan beberapa huruf hijaiyah. Murid diminta secara berpasangan untuk menemukan huruf hijaiyah yang terdapat dalam gambar dan menuliskannya pada tabel yang telah tersedia beserta dengan memberi keterangan nama huruf hijaiyah yang ditemukan. Apabila mengalami kesulitan mereka boleh dibantu dengan melihat pada poster nama huruf hijaiyah yang telah disediakan. Kelompok kedua, yang bisa dibagi lagi menjadi kelompok kecil berjumlah 4-5 orang, diberikan penjelasan tentang perbedaan nama dan cara membaca huruf hijaiyah dengan 1 tanda harakat, yaitu harakat fathah, dengan menggunakan peraga Cardboard Hijaiyah. Mereka mendapat misi untuk menuliskan nama-nama huruf hijaiyah dan menuliskan cara membacanya saat telah diberi tanda harakat fathah. Kelompok ketiga diberi penguatan cara membaca huruf hijaiyah dengan lebih dari 3 tanda harakat, melalui permainan Cardboard Hijaiyah dengan kartu-kartu kecil yang menunjukkan cara membacanya. Asesmen formatif untuk kelompok 1 adalah asesmen kinerja berupa praktik menunjukkan dan menyebutkan nama huruf hijaiyah yang mereka temukan dalam gambar secara berpasangan. Untuk kelompok 2 dan 3 berupa asesmen tertulis, untuk mengetahui atau mengukur perkembangan kemampuan murid pada kategori masing-masing. Tidak lupa guru memberikan informasi yang transparan kepada murid mengenai hasil asesmen dan memberikan umpan balik, serta membimbing refleksi di akhir pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran berdiferensiasi dalam materi Mengenal Huruf Hijaiyah dan Membaca Huruf HIjaiyah dengan tanda Harakatnya bisa dilakukan hingga 2-3 kali pertemuan. Kegiatan dalam proses pembelajaran dapat dikembangkan atau dimodifikasi. Antara lain dengan memodifikasi pengelompokkan peserta didik, misalnya membuat kelompok belajar campuran terdiri dari gabungan beberapa murid kelompok 2 dan 3. Sehingga murid dari kelompok tiga bisa menjadi teman belajar untuk temannya dari kelompok 2. Atau dengan memodifikasi media belajar, misalnya menambahkan media gambar yang dikaitkan dengan bunyi huruf hijaiyah dalam berbagai tanda harakatnya. Bagi murid dengan kriteria “Belum Paham” akan mendapat bimbingan atau pelajaran tambahan (berupa penguatan pada konsep awal, review materi prasyarat yang dalam hal ini adalah penguasaan pengetahuan simbol huruf hijaiyah serta namanya). Juga meningkatkan kolaborasi dengan orangtua dalam membimbing murid saat belajar di rumah.
Tentu saja ini hanya salah satu contoh aktivitas pembelajaran yang dapat guru terapkan. Guru dapat memodifikasi dan menyempurnakannya kembali sesuai dengan keadaan siswa di satuan pendidikan masing-masing. Pendidikan sejatinya adalah sebuah proses belajar baik bagi guru maupun bagi siswa. Pendidikan seperti menapaki suatu perjalanan panjang, yang penuh petualangan dengan tangis dan tawa. Namun saya setuju pada sebuah kutipan dalam buku berjudul “Inspiring Classroom Stories” karya seorang guru inspiratif bernama Niken Purwani yaitu, ”Kebahagiaan dan kepuasan seorang guru terletak pada keberhasilan murid untuk menerapkan ilmu yang dia ajarkan. Dan teruslah berbahagia dan bersyukur menuai hasil pengajaran yang telah Anda sampaikan pada murid-murid”. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kekuatan untuk semua insan pendidik yang mulia agar dapat mengemban amanah ini dengan sebaik-baiknya. Salam dan bahagia.
Dian Kurniasari, S.Pd.I | |
SD NEGERI 21 MUNTOK | |
Bangka Belitung, Kab. Bangka Barat |