GTK Dikdas - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makariem, menargetkan sebanyak 2.500 sekolah dapat menjadi sekolah penggerak sepanjang 2021.
“Target kita, tahun ini, karena pertama kali 2.500 targetnya, tahun kedua 10.000, tahun ketiga 20.000, dan tahun keempat 40.000, di tahun-tahun berikutnya mayoritas sampai 100 persen akan menjadi sekolah penggerak,” kata Nadiem dalam acara peluncuran Merdeka Belajar Episode 7 secara daring, Senin (01/02/2021).
Menurut Nadiem, dalam program Sekolah Penggerak ini pemerintah pusat juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjadikan sekolah di daerahnya sebagai percontohan atau katalis bagi sekolah-sekolah lain, sehingga fokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik.
Tidak hanya itu, melalui program ini, Nadiem berharap hasil belajar siswa baik numerasi dan literasi berada di atas rata-rata karena lingkungan belajarnya di sekolah sudah aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan.
Sementara itu, pembelajaran di sekolah penggerak juga akan berpusat pada murid, bukan pada regulasi, namun pada kemampuan dan kebutuhan murid.
“Dalam program ini kita ingin melihat guru-guru berefleksi, berkolaborasi sebagai tim, di mana guru juga harus bekerja sama dengan kepala sekolah untuk bisa menemukan inovasi dan mengetes apakah inovasi itu berhasil, dengan asesmen di dalam kelas, dan survei,” ujar Nadiem.
Lebih lanjut, Nadiem berharap bisa menjadi penyempurnaan dari program pendidikan sebelumnya.
“Bedanya, intervensi dilakukan secara holistik, bukan hanya dari kurikulum, pelatihan guru, atau memberikan barang-barang digital saja, tapi juga untuk perbaikan kualitas SDM, proses pembelajaran, perencanaan belajar, penggunaan teknologi, dan pendampingan dari Pemda,” ungkap Nadiem.
Ia juga menegaskan, untuk program ini tidak akan memilih sekolah unggulan. Kemendikbud, lanjut Nadiem, juga akan memilih berbagai sekolah dalam fase-fase tersendiri.
“Kita akan melakukan trasformasi pada sekolah apapun. Pendampingannya akan terjadi melekat selama 3 tahun ajaran, tidak hanya 3 bulan seperti program jangka pendek lainnya. 3 tahun Ini adalah waktu minimum untuk mengubah budaya pembelajaran di sekolah,” tandas Nadiem.