Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengeluarkan berbagai kebijakan Merdeka Belajar. Hingga Juni 2022, Kemendikbudristek telah meluncurkan 20 episode Merdeka Belajar, diantaranya Program Guru Penggerak sebagai Merdeka Belajar Episode 5, dan Program Sekolah Penggerak sebagai Merdeka Belajar Episode 7.
Program Guru Penggerak berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui guru sebagai agen teladan dan obor perubahan. Arah program ini berfokus pada pedagogi, serta berpusat pada murid dan pengembangan holistik, pelatihan yang menekankan pada kepemimpinan instruktursional melalui on the job coaching, pendekatan formatif dan berbasis pengembangan, serta kolaboratif dengan pendekatan sekolah menyeluruh.
Sementara itu, Program Sekolah Penggerak sebagai katalis untuk mewujudkan pendidikan Indonesia diawali dengan SDM kepala sekolah dan guru yang fokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik, sehingga terwujud profil Pelajar Pancasila.
Untuk mengetahui implementasi dari kedua program tersebut, Direktorat Guru Pendidikan Dasar bekerjasama dengan Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat melakukan press tour dengan media massa nasional untuk memberitakan kepada masyarakat praktik baik program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak.
Untuk kota Makassar Dinas Pendidikan Kota Makassar melalui Kabid GTK menyatakan dukungannya terhadap program ini “Dinas Pendidikan Kota Makassar akan senantiasa mendukung dan mengawal terlaksananya Program Guru Penggerak dan Program Sekolah Penggerak di Kota Makassar” ujar Pak Muis pada saat mengunjungi Press Tour di SMPN 7 Makassar (27/6).
Praktik Baik Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak SMAS Budi Utomo
"Menghamba kepada murid". Ungkapan ini muncul dari seorang Guru Penggerak, Nasmur (46). Kata "menghamba" kata Nasmur adalah memberikan apa yang diinginkan murid sesuai dengan minat dan potensinya.
Untuk mengetahui minat dan bakat, kata Nasmur, guru perlu melakukan asesmen untuk melihat minat dan potensi murid. Nasmur, yang juga guru mata pelajaran IPA mengaku tugasnya sebagai guru hanya menuntun siswa lewat pembelajaran yang menyenangkan.
Dengan kegiatan berbasis project, para siswa belajar dari lingkungan lewat kegiatan diluar sekolah atau outing. Dalam aktivitas outing, siswa melihat persoalan yang ada di sekitarnya dan mencari solusi dari persoalan.
"Anak-anak banyak berubah karena pembelajaran yang menyenangkan. Anak-anak yang selama ini diam, sekarang jadi berani bicara. Di luar ekspektasi kita. Bukan hanya kegiatan intrakurikuler tapi juga esktrakulikuler", ujar Nasmur saat berbincang dengan para wartawan di SMPN Negeri 7 Makassar Sulawesi Selatan, Kamis (23/06).
Di kesempatan yang sama, Guru Matematika SMPN 7 Makassar Ibu Syahriani Jarimollah mengibaratkan murid adalah pelanggan (customer) dan guru adalah seorang pelayan. Menurutnya, keberadaan guru tidak ada artinya tanpa murid.
"Saya analogikan anak itu customer dan guru adalah pelayan. Seolah-olah pelanggan kita.Tidak artinya kita tanpa murid. Murid adalah customer yang harus dilayani. Kebutuhan mereka kita fasilitasi, disesuaikan dengan karakteristiknya", tambahnya.
Praktik Baik Guru Penggerak dan Sekolah Penggerak SMAS Budi Utomo
Menjadi seorang guru penggerak bagi seorang Andi Fahri merupakan pengalaman yang berkesan.
Andi Fahri berhasil menjadi Guru Penggerak dari ribuan pendaftar program yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Dari hasil seleksi, saat ini ada 132 Guru Penggerak di Makassar Sulawesi Selatan. Fahri adalah salah satu diantara 21 Guru Penggerak di jenjang SMA/SMK.
Kepada para wartawan, Andi bercerita sebelum mengenal Guru Penggerak, dirinya cenderung memaksakan anak didiknya sesuai keinginan. Terlebih, dia ingin anak didiknya selalu mendapat nilai yang tinggi.
Namun, keikutsertaan dirinya menjadi Guru Penggerak justru membuka mata lebar-lebar.
Sekarang ini, anak didik tak bisa dituntut sesuai keinginan guru. Guru kata Fahri, hanya bisa menuntun peserta didik.
"Pada saat saya mendapat filosofi Ki Hadjar Dewantara ini, saya terkesan dengan satu kata 'menuntun'. Dalam artian kita sebagai guru, kita hanya bisa menuntun peserta didik kita Sebagai guru harus menuntun, bukan memaksa, (bukan) menuntut," tutur Fahri.
Andi Fahri yang juga alumni Universitas Hasanudin kini mengajar mata pelajaran Kimia untuk murid-murid SMA Plus Budi Utomo, Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Sekolah tempatnya mengajar juga berstatus Sekolah Penggerak dengan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.