Oleh: Nita Isaeni
Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda
Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Kemdikbudristek
Tidak dapat dipungkiri, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang makin pesat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengembangkan teknologi pendidikan. Perkembangan iptek yang sangat pesat ini membuat lanskap dunia pendidikan harus beradaptasi dengan canggihnya teknologi saat ini. Fakta semacam ini menuntut lahirnya berbagai inovasi pembelajaran dengan menggunakan kemajuan teknologi dalam memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Pada konteks mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa, sebagian besar siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang bersifat abstrak dan sulit dipahami oleh siswa. Akan tetapi, ada potensi pemahaman yang lebih baik manakala pembelajaran matematika dikemas dengan selalu mengaitkannya dalam kehidupan nyata dan pengalaman siswa, maka akan memotivasi siswa untuk lebih menyenangi matematika. Pertanyaan dan soal matematika yang dikaitkan dengan menyelesaikan masalah nyata di kehidupan sehari-hari diyakini dapat membuat pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.
Salah satu solusi pembelajaran yang memotivasi siswa dalam belajar matematika dan membermaknakan matematika adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan platform MCM (Math City Map). Platform MCM ini merupakan salah satu alternatif cara dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sekaligus memberikan atmosfer pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Platform MCM ini juga memungkinkan penggunanya melakukan registrasi untuk mendapatkan kesempatan untuk berkreasi dan membuat atau menyunting tugas dan rute oleh mereka sendiri. Selain itu, ini juga memberikan kemungkinan untuk melihat rute yang sudah ada dan mengunduh sebagai file PDF atau menggunakan tugas-tugas yang sudah ada dan menghubungkannya menjadi sebuah rute sendiri. Ini adalah tujuan utama dari proyek MCM untuk membuat semudah mungkin bagi para guru dan murid untuk mendapatkan pengalaman pelajaran matematika sekolah di luar ruangan. Karena platform MCM merupakan aplikasi berbasis Android/iOS yang menggunakan Global Positioning System (GPS) maka dibutuhkan jaringan internet dalam penggunaannya.
Ketika konsep matematika telah dipahami siswa dengan baik maka dapat terimplementasi dengan cara menyelesaikan masalah konkret yang ada di sekitar mereka. Platform MCM ini akan menuntun peserta didik untuk terjun langsung terhadap permasalahan matematika yang realistik. Siswa juga dapat menambah pengetahuannya akan budaya sekitar. Sehingga pada konteks pembelajaran High Order Thinking Skills (HOTS), MCM diyakini dapat menjadi langkah jitu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan bernalar siswa. Ismaya dkk. (2018) mendeskripsikan bahwa pembelajaran berbantuan aplikasi MCM mampu menciptakan pembelajaran aktif, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, sikap positif terhadap matematika, dan meningkatkan kemampuan penalaran matematika peserta didik. Sementara itu peneliti lain, Lubis dkk. (2021) menyatakan bahwa aplikasi MCM merupakan salah satu media untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.
Ketika menjalankan platform MCM, siswa dapat mengeksplorasikan fakta, fenomena dan permasalahan di sekitarnya, semisal mengidentifikasikan bentuk bangunan, gedung bersejarah, objek-objek matematika yang bernilai budaya dan lain sebagainya sehingga siswa dapat memperoleh visualisasi dan gambaran yang nyata dan realistik, bernalar kritis dalam menyelesaikan masalah matematika, sekaligus mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait berbagai budaya daerah tersebut. Jika para guru dapat memaksimalkan potensi ini dengan baik, maka pemahaman dan pengetahuan siswa tentang kultur budaya-budaya di Indonesia akan menjadi lebih baik dan cerdas. Haqqul yaqin, benteng kebudayaan diri siswa akan meningkat menjadi lebih tangguh, kokoh dan kuat di tengah serbuan akulturasi budaya asing yang semakin menggejala di kalangan kawula muda. Pada akhirnya, profil Pelajar Pancasila bukan hanya sekedar harapan dan cita-cita belaka, namun akan menjadi fakta yang terwujudkan dengan baik dan maksimal. Sebagaimana kita pahami bersama, pengembangan kemampuan siswa menjadi salah satu visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024 untuk menciptakan pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinekaan global (Kemdikbud, 2020). Salah satu faktor kunci yang memegang peran penting di profil pelajar Pancasila adalah gotong royong dalam bentuk kolaborasi, kepedulian, dan berbagi (Kemdikbud, 2020). Kepedulian terhadap kebudayaan juga merupakan bagian dari kemampuan kerja sama yang diharapkan dalam berkembang dalam diri pelajar Pancasila (Uda, 2012).
Secara lebih teknis, platform MCM merupakan pembelajaran matematika yang menggunakan peta dan lingkungan sekitar sebagai proses pembelajaran. Pembelajaran lazimnya dilakukan di luar kelas. Awalnya siswa diberikan sebuah peta dimana permasalahan dan persoalan matematika dapat diperoleh. Ketika siswa menemukan tempat yang dimaksud, maka siswa kemudian memecahkan masalah yang sudah ada dalam trail yang disiapkan guru. Siswa yang mengalami kesulitan dapat membuka petunjuk bantuan yang sudah disiapkan. Skor penilaian diberikan dengan kriteria semakin jarang siswa membuka petunjuk bantuan yang diberikan, maka skor siswa tersebut semakin tinggi. Sebaliknya, seorang siswa yang semakin sering membuka petunjuk bantuan dimaksud semakin rendah nilai yang diperolehnya.
Penggunaannya tidak serumit dan sesulit yang dibayangkan sebagaimana berbagai platform pembelajaran lain yang memiliki derajat kompleksitas tinggi yang mampu membuat para penggunanya tidak bisa tidur nyenyak, MCM sangat mudah dipelajari dan dibelajarkan. Diawali dengan proses mengunduh aplikasi platform MCM yang harus dilakukan guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat trail yang menjadi titik-titik permasalahan yang akan diselesaikan oleh siswa. Dengan demikian, sebelum siswa mengerjakan tugas yang ada pada trail, guru harus turun ke lapangan terlebih dahulu untuk memfoto objek, membuat pertanyaan, membuat petunjuk, mengukur, membuat solusi penyelesaian, serta membuat trail yang nantinya akan diujikan kepada siswa. Tidak berbeda dengan model pembelajaran yang lain, pembelajaran matematika menggunakan platform MCM juga menuntut guru untuk mempersiapkan materi pembelajarannya dengan baik dan optimal.
Ketika peta trail sudah terunduh, maka let start begin, petualangan siswa dengan cara menjawab pertanyaan dan permasalahan matematika pun dimulai. Siswa memilih titik/tempat dalam peta untuk menyelesaikan permasalahan dan memainkan permainan dalam pembelajaran. Sesudah titik dipilih dan siswa dibawa pada titik tersebut, maka pertanyaan dan permasalahan matematika dimunculkan untuk merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Guru bisa lebih kreatif dalam hal pemberian penugasan karena MCM dapat dimainkan secara individu maupun secara tim. Oleh karenanya dibutuhkan kerja sama dan kekompakan agar sebuah tim memperoleh nilai yang maksimal.
Salah satu contoh kegiatan pembelajaran MCM adalah dengan mengajak siswa menuju ke sebuah tempat atau lokasi yang bisa bernuansa sejarah atau wisata, semisal Candi Borobudur, Jawa Tengah. Di lokasi ini terdapat berbagai benda antara lain, bangku, plang, patung, stupa, tempat sampah, tangga, dan bangunan lainnya. Siswa diberi permasalahan matematika misalnya menentukan luas tangga, bangku dan sebagainya. Maknanya adalah siswa menghitung sendiri panjang, lebar, atau hal apa pun sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Melalui MCM, siswa akan mengetahui titik lokasi permasalahan yang harus diselesaikan.
Gambar objek pun tersaji di MCM berikut penjelasan nilai dan fakta budaya yang terdapat pada objek yang diyakini dapat memberikan pemahaman siswa yang lebih baik terkait budaya daerah dari aktivitas yang dilakukan. Guru dapat membuat trail di tempat manapun sesuai kebutuhan pembelajaran, termasuk pula di sekolah tempat siswa belajar. Aktivitas belajar siswa dapat dengan mudah diamati oleh guru. Di sisi lain, siswa akan merasa senang karena proses pembelajaran bisa mereka ikuti sambil bermain dan berpetualang.
Pendekatan pembelajaran dengan metode ini lazimnya dikenal sebagai Etnomatematika, yang ditafsirkan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajarkan matematika dengan mengaitkan matematika dengan karya budaya bangsa sendiri dan melibatkan pula dengan kebutuhan serta kehidupan masyarakatnya. Etnomatematika menggunakan platform MCM menjadikan siswa lebih senang, gembira dan bersemangat dalam belajar karena pembelajaran disajikan dalam bentuk permainan secara interaktif. Para ahli pendidikan meyakini, pembelajaran dengan menggunakan permainan dipandang sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam belajar karena sejatinya kodrat alam anak adalah bermain.
Petualangan yang disajikan dapat membuat siswa bersemangat dan merasa tertantang sekaligus menstimulus pemikiran dan nalar mereka dalam memecahkan permasalahan dan persoalan matematika-nya yang bersifat nyata dan kontekstual. Pembelajaran menyenangkan yang sering kali ditasbihkan sebagai Joyful Learning terjadi disana karena siswa belajar sambil bermain sekaligus bermain sambil belajar. Pembelajaran menggembirakan yang diselenggarakan universal kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja. Pembelajaran menyenangkan yang tidak berbatas dimensi ruang dan waktu. (ni)
Daftar Pustaka
Ismaya, B. F., Cahyono, A. N., & Mariani, S. (2018). Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan, January, 17 26. https://www.researchgate.net/profile/Bayu-Fajar-Ismaya/publication/346407893_Kemampuan_Penalaran_Matematika_dengan_Math_Trail_Project_berbantuan_MathCityMap/links/5fc05675458515b797772bb5/Kemampuan-Penalaran-Matematika-dengan-Math-Trail-Project-berbantuan.
Kemdikbud (2020). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lubis, DA,. Arainto, I., Ma’ruf, A., Ashari, D., & Amidi, J., (2021). Pembelajaran Matematika Budaya (Etnomatematika) Berbantuan Aplikasi Math City Map untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Journal of Educational Integration and Development, 1(3), 171-180.
Uda, S. (2012). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Untuk Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang, 19(1), 1-13.
2 Komentar terkait Berita